Belajar Kopi dari KTH Satria Mandiri

Kamipun tiba di Dusun Tunggilis, Desa Ciputri Kabupaten Cianjur, kami disambut dengan ramah oleh Kang Dudu yang merupakan pembina dari Kelompok Tani Hutan (KTH) Satria Mandiri.

Ajakan Kang Heri kenalkan kopi Tunggilis

Kamipun tiba di Dusun Tunggilis, Desa Ciputri Kabupaten Cianjur, kami disambut dengan ramah oleh Kang Dudu yang merupakan pembina dari Kelompok Tani Hutan (KTH) Satria Mandiri. Kami pun berbincang ramah sembari menikmati rebusan ubi yang telah disediakan di meja, di teras dengan pemandangan Gunung Gede Pangrango yang begitu memanjakan mata. Kami pun bertukar cerita, bercengkrama, mengulik semua cerita dari dusun nan asri ini. 

Terlihat dari kejauhan, sosok laki-laki berpostur tinggi, berbadan tegak dan berambut gondrong yang ia rapikan dengan sebuah udeng batik di kepalanya. Ya, ia adalah Kang Heri, yang merupakan salah satu petani kopi yang tergabung dalam KTH Satria Mandiri, Dusun Tunggilis, Desa Ciputri. Kami pun bercengkrama riang bersama, bertukar cerita dan tawa. Di terik matahari yang hampir tegak di atas kepala kami, kami pun diajak oleh Kang Heri untuk mengikutinya ke lahan perkebunan kopi miliknya, kami pun bersama-sama berjalan menyusuri pematang sawah dengan pemandangan yang begitu indah dari Gunung Gede Pangrango. Setibanya di lahan kopi milik Kang Heri, indra mata kami disuguhkan oleh tanaman kopi arabika yang begitu banyak dan subur hidup di dusun tersebut. Dengan peralatan dan bibit yang dibawa oleh Kang Heri, kami diberikan contoh oleh Kang Heri tentang bagaimana petani menanam kopi dengan baik di lahan garapannya masing-masing.

Menanam dan merawat hingga ia bermanfaat

Kang Heri merupakan salah satu diantara ratusan petani kopi di kaki gunung Geulis, Kabupaten Cianjur. Dengan cekatan Kang Heri mulai memberikan contoh kepada kami dalam mempraktekkan bagaimana menanam bibit kopi. Sebatang cangkul pul mulai ia ayunkan ke tanah, tak ragu tangan ia dengan cekatan membuat lubang tanam yang ukuran diameter dan kedalaman kurang lebih 30 cm. Memang walaupun ukuran bibit kopinya terlihat kecil, namun perlu dibuat lebih luas dan lebar agar akar tanaman memiliki ruang pori yang cukup untuk akar muda berkembang. 

Telihat Kang Heri mulai memasukkan pupuk organik secukupnya yang ia buat sendiri, ke dalam lubang tanam, pupuk tersebut digunakan sebagai pupuk dasar agar unsur hara yang digunakan sebagai awal pertumbuhan tanaman kopi dapat tercukupi. Bibit kopi pun dibuka dari polybagnya dan ditanam ke dalam lubang tanam. Secara teori dan praktik dasar penanaman yang kami dapati semasa di bangku kuliah, semuanya terimplementasi sempurna di tangan Kang Heri, bahkan lebih dari itu. Sungguh pengalaman yang membanggakan bagi kami dapat belajar kopi dari petani langsung.

Dilema Kang Heri dan petani kopi lainnya

“ Saat ini kopi kita lagi terserang penyakit, sepertinya ini dikarenakan oleh pengaruh iklim dan cuaca yang tidak menentu, sehingga mengundang beberapa penyakit datang dan menjangkit kopi. Belum ada obatnya sampai saat ini, dan ini harus dicari obatnya”

Ujar Kang Heri dengan tatapan miris melihat banyak biji kopi miliknya seperti terserang penyakit busuk buah. Dengan keterbatasan kami dalam pengetahuan kami terkait hama dan penyakit kopi, kami pun belum bisa berkesempatan memberikan saran dan masukan terkait metode pencegahan dan pengendaliannya. Memang, kami rasa sangat perlu sekali sosok penyuluh pertanian yang mengerti dan mampu mengidentifikasi beberapa masalah yang ditemukan oleh para petani kopi seperti masalah yang ditemukan oleh kang heri di kebunnya dan juga dikebun petani kopi lainnya di kaki Gunung Geulis. Para petani kopi KTH Satria Mandiri telah legal mengelola lahan yang diberikan oleh pemerintah sejak tahun 2018, setahun sebelum izin legal terbit di Desa Pakuon yang mana berlokasi di belakang bukit Dusun Tunggilis. Kedua lokasi ini memang telah menjadi pemasok tetap kopi ke Negri Kopi Sarongge.