Foto : LATIN/DickaPrawiraYudha
“Akar tidak dapat dipaksa tumbuh lebih cepat, tetapi Ia dapat disiram, dijaga, dan dirawat hingga pada waktunya Ia berdiri sendiri.”
Matahari pagi di Lereng Gunung Argopuro menghidupkan kembali sebuah pertanyaan, siapa yang sebenarnya menjaga hutan? Bukan aparat, bukan menara pengawas, bukan pula konferensi di gedung-gedung besar. Tetapi tangan-tangan petani yang memelihara pohon sebagai sebuah kehidupan yang selaras dengan mereka. Walau kadang dalam keterbatasan, mereka tidak henti untuk merawat alam dalam keheningan.
Sembilan hari merupakan waktu yang singkat, tetapi memberikan makna mendalam tentang bagaimana upaya konservasi dilakukan dengan berlandaskan semangat. Dari Lereng Gunung Argopuro di Kabupaten Jember, hingga Kaki Gunung Slamet di Kabupaten Pemalang, satu hal yang menjadi kesamaan: “Hutan tidak bertahan karena aturan, tapi karena sebuah semangat terkait kehidupan.” Petani menggantungkan kehidupannya terhadap hutan, dan hutan tersebut memberikan harapan tentang hidup kepada mereka. Mereka tidak menunggu izin, tidak bersandar pada harapan palsu, tetapi mereka menciptakan masa depan dengan memperbaiki lahan tandus yang disulap menjadi agroforestri kopi serta tanaman lainnya.
Petani tidak dapat dipandang hanya sebagai pelaku ekonomi, tetapi mereka merupakan sutradara restorasi. Dibalik seluruh pembicaraan mengenai ekologi, mereka merupakan pihak yang paling paham betapa pentingnya ekosistem untuk kehidupan. Dibalik keringat yang bercucuran deras dan baju yang lusuh, terdapat semangat dan ketulusan hati untuk memelihara hutan.
Namun, petani seringkali ditinggalkan oleh sistem yang tidak memahami bagaimana menghargai mereka. Di Titik ini Kanaya Fund hadir, bukan sebagai hadiah tetapi sebagai sebuah bentuk pengakuan dalam proses restorasi yang dilakukan petani. Kanaya Fund menyadari betul bahwa pendanaan bukan bentuk dari kontrol yang dilakukan dari atas, tetapi tentang memupuk yang sudah tertanam dari akar.
Kanaya Fund tidak menempatkan diri sebagai sebuah “kontrol”, tetapi menjadi sahabat bagi para petani penjaga bumi. Ia tidak berjalan di depan untuk mengatur, tidak juga di belakang untuk mengikuti, lebih dari itu Kanaya Fund memposisikan diri di samping sebagai seorang sahabat yang dapat saling mendengarkan, menyesuaikan diri, dan saling memberikan ruang.
Perjalanan ini bukan tentang proyek, tetapi sebuah pemantik pemikiran bahwa hutan tidak tumbuh dari meja-meja kecil, tetapi dari sebuah aksi nyata para petani penjaga bumi. Kanaya Fund hadir sebagai sahabat untuk menemani aksi nyata tersebut.
Penulis : LATIN/ Samudra Hamonangan