Semangat Berbenah dan Digitalisasi HKm Karang Sidemen

0
2 years ago

Generasi muda pembawa semangat membara

“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Sajak motivasi karya Ir. Soekarno itulah yang kami dapati pada pemuda dalam pengelolaan Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) di salah satu desa di pulau seribu masjid, tepatnya pada Gabungan Kelompok Tani Hutan Wana Lestari, Desa Karang Sidemen, Provinsi Lombok Tengah. Pemuda yang diamatkan untuk melanjutkan jejak perjuangan almarhum bapaknya sebagai ketua kelompok tani di HKm Karang Sidemen. Pemuda yang memiliki semangat juang yang tinggi untuk berbenah, memperbaiki sistem dalam batang tubuh Hkm Karang Sidemen yang telah diterbitkan SK nya sejak tahun 2010. Semangat juang dan berbenah tersebut dapat kami lihat dari mata Romi dengan nama lengkap Muhammad Romi Prayudi, 34 tahun yang mana merupakan anak ke-dua dari almarhum Muhammad Shaleh, mantan Ketua Gapoktan HKm Karang Sidemen.

Secara resmi, Romi mulai menjabat sejak September 2021 lalu. Tak perlu waktu lama untuk sekedar beradaptasi atau membuat suatu program kerja, beliau langsung mulai bergerak cepat atas keresahan-keresahan yang beliau temukan dalam pengelolaan HKm Karang Sidemen sebelumnya. Program perdana yang langsung beliau lakukan ialah melakukan pemetaan dan pembuatan peta rincik serta data potensi atas pengelolaan IUPHKm di Desa Karang Sidemen. 

Dengan total luas IUPHKm 403 hektar dengan anggota 741 Kepala Keluarga (KK), beliau dibantu beberapa pihak seperti Canopi Rimbawan dan relawan lainnya, telah membuat peta rincik dan data potensi HKm Karang Sidemen. Berawal dari indranya melihat keresahan dan kekhawatiran tentang pengelolaan HKm Karang Sidemen. Keresahan-keresahan tersebut seperti fenomena-fenomena yang terjadi ini seperti tidak jelasnya batas-batas antar blok anggota maupun batas IUPHKm dengan kawasan TAHURA, maupun kewajiban pembayaran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dibebankan kepada semua anggota HKm Karang Sidemen. Harapannya, hasil dari program-program yang ia laksanakan, dapat memecahkan dan menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut.

Langkah awal yang sempat tersendat

Dalam merealisasikan program pemetaan tersebut, Romi memulai dengan melakukan pertemuan Forum Group Discussion (FGD) dengan anggota HKm Karang Sidemen untuk mensosialisasikan tentang bagaimana pentingnya peta rincik dan data potensi tersebut bagi para anggota kelompok tani sendiri. Namun dalam perjalanan beliau mensosialisasikan rencana program tersebut, beliau mengalami kendala dan penolakan dari beberapa angota kelompok tani, hal tersebut beliau hadapi karena memang beberapa anggota kelompok tani yang didominasi oleh para sesepuh atau para penggarap generasi pertama, merasa bahwa pemetaan tersebut telah dilakukan pada awal HKm terbentuk di Desa Karang Sidemen. 

Namun tak menyerah dan terhenti di sana, Romi secara perlahan dan pasti, terus menerus memberikan penjelasan dan pandangan tentang bagaimana pentingnya program pemetaan dan pembuatan peta rincik ini kepada para anggota. Pada akhirnya, semua anggota telah menerima rencana program tersebut dengan lapang dada setelah ia menemui perdebatan yang cukup panjang dan hasil kesepakatan dicantumkan dalam berita acara kesepatan bersama. Pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Romi selanjutnya ialah tentang bagaimana mendapatkan dana untuk merealisasikan program tersebut. 

Singkat cerita, Romi mengusulkan kepada para anggota Gapoktan Wana Lestari untuk swadaya berkontribusi berupa iuran sebesar 2.000 rupiah yang dibebankan per satu are lahan yang dimiliki oleh para anggota, jika luas lahan garapan salah satu orang anggota 25 are, maka anggota tersebut akan membayar sebesar 50.000 rupiah. Dari total iuran yang didapat, nantinya akan digunakan untuk biaya operasional seperti biaya pemetaan, sewa alat pemetaan, SDM dan konsumsi para relawan. Memang, saat Romi menjelaskan kepada kami, program yang dijalankannya tersebut murni swadaya dari masyarakat dan relawan yang ikhlas membantu seperti rekan-rekan di Canopi Rimbawan, yang merupakan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di lombok dan tanpa bantuan sedikitpun dari pemerintahan yang terkait. 

Saat ini progres pengerjaan peta rincik tersebut sudah dapat dibilang telah rampung, tinggal menunggu verifikasi dan pengesahan oleh beberapa pihak terkait. Sedangkan untuk penyusunan data potensi hingga saat ini baru mencapai 80%, dimana perlu penyempurnaan lebih lanjut karena masih ada beberapa kesalahan seperti kesalahan penulisan jenis tanaman komoditas gapoktan. Dalam pemetaan data potensi di sana, dibantu juga oleh peran SMK Pinggir Ratu yang sempat menjadi volunter yang sukarela membantu mendata semua potensi dari masing-masing anggota gapoktan.

Aplikasi hasil inovasi pemuda dalam negeri

“Dari output peta rincik dan data potensi tersebut, nantinya akan kami muat dalam aplikasi yang sedang kami susun bersama Kanopi Rimba yang tentunya berbasis android, aplikasi tersebut kami namai dengan Hkm Mobile”

Begitulah ujar Romi saat kami mencoba mewawancarainya di sela-sela kebun kopi, lahan pribadi milik keluarganya. Memang, dalam jangka pendek, semua data yang telah dikumpulkan akan dimuat dalam aplikasi HKm Mobile tersebut. Hal ini bertujuan untuk mempermudah para petani dalam mengatur dan mengelola lahan garapannya, selain itu adanya kepastian dan data peta terbaru dari peta rincik tersebut serta data pemilik lahan saat ini. Selain itu dalam jangka panjangnya, Romi juga memiliki impian untuk menjadikan aplikasi HKm Mobile tersebut sebagai marketplace dimana para petani dapat menggunakannya langsung sebagai media penjualan komoditas, yang tentunya mempromosikan komoditas-komoditas lahan garapan seperti durian, pisang, kopi dan lainnya. 

Ide yang sekaligus menjadi impian Romi untuk mengembangkan aplikasi HKm Mobile tersebut menjadi salah satu market place para petani karena beliau sangat miris melihat fenomena-fenomena yang lagi-lagi menjadi kerisauan para petani. Ya, fenomena para tengkulak yang bisa dibilang sedang merajalela dan menguasai para petani. Seperti pada dasarnya kegiatan para tengkulak ialah mengumpulkan sumber daya dari produsen langsung dan meraup untung dengan menjualnya ke pusat perbelanjaan dengan harga jauh dari yang ditawarkan kepada para produsen seperti petani. Tentunya, fenomena ini akan merugikan para petani langsung. Menurut keterangan Romi yang ditambahkan oleh para petani lainnya, harga komoditas petani yang diambil oleh para tengkulak seperti pisang, dapat dibilang tidak sepadan dengan kuantitas dan lamanya waktu petani merawatnya.

Harga pisang yang diambil para tengkulak tersebut, hanya dihargai dengan 2000 rupiah untuk satu tandan. Bagaimana dan apa yang kalian pikirkan melihat hal tersebut? Sungguh miris bukan?. Fenomena tengkulak tersebutlah yang menjadi semangat Romi untuk secara perlahan mengatasi dan memberantas para tengkulak di desanya. Selain pisang, para anggota HKm Karang Sidemen telah mengembangkan beberapa komoditas lainnya seperti kopi dan durian. Kopi robusta dari desa ini memiliki cita rasa yang tak kalah dengan daerah lain, dan telah dipasarkan banyak ke kedai-kedai kopi di kota mataram dan sekitarnya. Durian pun tidak kalah dengan durian-durian di daerah lain, sekali musim durian datang, menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan untuk sekedar datang menikmati buah durian dari pohonnya. Tak sedikit masyarakat yang rela menginap di kebunnya dan membuat tenda darurat untuk menjaga dan menunggu buah durian jika jatuh pada malam hari. Secara umum, potensi hasil bumi dari pengelolaan HKm Karang Sidemen sangat luar biasa apabila dikelola dan dikoordinir dengan baik. 

Hingga pada suatu ketika, saat pandemi mewabah seluruh Indonesia, HKm Karang Sidemen turut merasakan dampaknya secara signifikan, dimana komoditas-komoditas seperti pisang, durian, kopi dan lainnya mengalami penurunan peminat dan permintaan dari pasar. Hal yang tidak mudah namun mau tidak mau harus tetap bangkit dalam keterpurukan. Beberapa pengolahan komoditas hasil bumi dari HKm telah digandrungi oleh masyarakat Desa Karang Sidemen, mulai dari produksi dan pengolahan kopi menjadi bubuk siap saji hingga pembuatan keripik dan sale lilit dari pisang yang dihargai sangat rendah oleh para tengkulak. Kegiatan-kegiatan tersebut mayoritas dikerjakan oleh inaq-inaq atau kaum ibu-ibu dari kelompok tani hutan, yang tak lain dalam hal ini mereka mencoba untuk meningkatkan nilai jual dari komoditas mereka agar tetap memberikan penghasilan yang lebih untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Ternyata peran dan inisiatif para ibu-ibu sangat penting dan berpengaruh terhadap kesuksesan HKm.

Rayuan maut tengkulak dengan petaninya

Namun tidak dapat dipungkiri, contoh kasus tengkulak seperti di Desa Karang Sidemen ini, sudah ada sejak dulu, bahkan dapat ditemukan juga di desa-desa lain lingkar Desa Karang Sidemen. Seolah seperti sangat melekat, keterikatan dan ketergantungan para petani dengan para tengkulak dalam menjual komoditas yang mereka hasilkan. Mulai dari petani yang mampu mendapatkan uang dari tengkulak lebih cepat saat komoditasnya belum waktunya panen, karena beberapa kali ditemukan memang dikarenakan desakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka. Sehingga para petani merelakan komoditasnya dibeli dengan harga yang sangat murah oleh tengkulak. Namun, hal ini sudah jelas merugikan petani itu sendiri. 

Semangat berbenah yang diinisiasi oleh Romi ini sungguh menjadi nilai moral yang selayaknya dicontoh untuk menjadi semangat baru para generasi muda dimanapun, terutama generasi muda yang merupakan generasi penerus Sosial Forestri di daerahnya. Pada perbincangan kami yang semakin dalam, Romi pun menambahkan bahwa pemetaan dan pembuatan peta rincik serta data potensi ini akan beliau coba implementasikan juga kepada desa-desa lingkar Karang Sidemen dan wilayah sekitar lombok yang mendapatkan i
zin pengelolaan hutan berbasis IUPHKm. Hal ini dikarenakan, pada suatu ketika, saat beliau berkunjung ke beberapa instansi pemerintahan seperti KPH setempat, KTH Wana Lestari Karang Sidemen ditunjuk dan didorong untuk menjadi objek percontohan bagi HKm lain di wilayah Lombok dan sekitarnya untuk ikut serta mengimplementasikan pemetaan dan pembuatan peta rincik serta data potensinya. 

 

Selain pemetaan dan pembuatan peta rincik serta data potensi, beberapa program kerja akan dilakukan seperti pembaharuan dan peremajaan awig-awig HKm Karang Sidemen, pembahasan Rencana Kerja Perhutanan Sosial (RKPS) dan pembentukan koperasi yang akan menampung hasil bumi dari lahan garapan yang nantinya juga akan menyediakan jasa simpan pinjam bagi para semua anggota. Semuanya dilakukan tak lebih hanya untuk kepentingan dan kesejahteraan para petani hutan HKm Karang Sidemen. Sungguh jiwa dan semangat generasi muda yang perlu dicontoh dan diimplementasikan oleh para generasi muda calon penerus bangsa di seluruh Indonesia.

Leave a Reply